Hasil panen menurun akibat hama tikus yang menyerang lahan pertanian sangat membuat warga desa tangkil kewalahan, beberapa teknik untuk menekan hama tikus ini kerap kali gagal hingga cara yang paling efektif adalah pakai setrum, tapi mengingat risiko dari setrum tikus itu adalah taruhannya nyawa aparat juga sudah sangat tegas melarang penggunaan jebakan tikus beraliran listrik tersebut karena sangat membahayakan para petani dan juga warga sekitar.
Menanggapi hal tersebut pemerintah desa tangkil akhirnya mengambil inisiatif untuk menganggarkan dari Dana Desa (DD) untuk kegiatan gropyokan hama tikus. Bekerja sama dengan kelompok tani dan juga dibantu oleh TNI POLRI kegiatan ini dilaksanakan dengan baik, untuk tikus besar dihargai dua ribu rupiah per ekor, sedangkan untuk yang berukuran kecil seribu rupiah per ekor dan untuk tikus yg baru lahir ( cindil ) dihargai lima ratus rupiah per ekor.
Kepala Desa Tangkil, Suyono mengatakan gropyokan dimulai 18 Juli berakhir 29 Juli. Gropyokan digelar menjelang masa tanam dengan menyasar semua areal dari 10 kelompok tani.
Kegiatan Gropyokan ini di mulai jam 07.00 WIB sampai jam 09.00 WIB. Bertahap menyesuaikan lahan di masing-masing kelompok tani. Melibatkan ratusan petani dari 10 kelompok tani bergiliran selama 9 hari.
Dengan teknik pengasapan menggunakan sekam dan belerang satu persatu lubang tikus diserbu ada yang keluar dari lubang namun ada juga yang mati di dalam karena efek asap bercampur belerang. Kegiatan ini cukup membantu meskipun masih banyak tikus yang belum tersentuh. Pemerintah Desa Tangkil akan terus melakukan kegiatan ini hingga hingga jumat (29/7) mendatang, dengan harapan bisa mengurangi hama tikus yang sangat meresahkan ini.